Selasa, 18 Februari 2014

Tentang Impian dan Tujuan


Sedari kecil sampai sekarang yang tak berubah dalam hidupku adalah selalu ada omelanmu di setiap apa-apa yang kukerjakan. Sehingga terkadang membikinku muak dengan kehidupan yang kujalani. Mungkin aku tumbuh dengan baik di masa lalu dengan semangat belajarku yang tinggi. Terbukti saat aku kelas 4 SD prestasiku semakin naik untuk mendapatkan juara 1 di kelas dan itu terwujud di kelas 2 SMP. Namun, sekarang aku telah tumbuh dewasa menjadi seorang gadis remaja yang akan menentukan nasibnya. Ketika itu ku tanyakan padamu, engkau hanya berkata “tidak tau, yang penting sholat dan menjadi orang yang benar-benar baik dan jujur”. Begitupun saat kutanyakan tentang jurusan SMA, engkau hanya mengatakan kalimat yang tak pernah ada jawaban. Selalu seperti ini, tanpa jawaban yang membuat aku yakin akan sesuatu yang aku kerjakan apa lagi di saat keyakinanku terhadap sesuatu semakin menurun. Sementara di sana ada banyak orang tua yang menginginkan anaknya menjadi sesuatu yang mereka inginkan namun sang anak menginginkan yang lain.
Aku iri terhadap mereka yang bisa menemukan sesuatu yang mereka inginkan dengan tepat akan menjadi tujuan hidup mereka. Bahkan mereka akan sangat sukses pada bidang tersebut. Sementara aku hanya bergalau, bermain, dan hanya menelusuri tanpa arah tujuan yang benar.
Tak pernah ada yang memberikan gambaran tentang masa depan dalam hidupku. Sehingga setiap kali ada yang menanyakannya, aku akan selalu diam dengan wajah yang meyakinkan atau mengalihkan pembicaraan. Karena aku tak tau apa yang aku inginkan.
Semakin hari keadaan semakin mengharuskanku untuk keluar dari ruang sekolah dan berkarya yang berarti dalam hidup. Tapi jiwa dan raga ini selalu belum siap, meragu dan bingung dengan apa yang akan ia kerjakan nantinya.
Masa SMA ini adalah masa tersulit dalam kehidupanku karena grafik belajar yang semakin menurun. Sementara keadaan mengharuskan untuk selalu naik pada titik tempat yang tepat sasarannya.
Aku memang pemalu, pendiam, sentimental dan egois.
Saat SMP dulu aku punya jawaban tentang masa depanku tetapi itu tidak tersosialisasikan dengan baik sehingga lulus SMP pun aku masuk ke dalam dunia yang sama sekali aku tidak tau apa-apa dan sangat aku benci.
Setelah lulus dari situ, ku ingin masuk pesantren agar hati ini tenang namun engkau menolaknya. Engkau bahkan mengatakan kalimat yang membuatku down dan tak mengerti akan kehidupanku sendiri.
Mungkin malaikatku telah sampai di sini dan ia akan selalu bercerita yang tak jarang membuatku bahagia, tersenyum dan tertawa.
Dalam kehidupanku, aku tak pernah punya teman yang sangat mengesankanku sampai akhir perjuanganku. Mereka hanya datang dan pergi jika butuh. Sehingga aku hanya mendapatkan kasih sayang dari keluarga dan itupun hanya sedikit.

Seorang yang sendiri belum tentu ia kesepian tetapi seorang yang selalu kesepian ia akan selalu sendiri sampai kapan pun.