Enam tahun yang lalu, aku bertemu dengan orang yang seumuran
denganku. Menurutku (saat pertama kali melihatnya), ia orang yang baik,
ganteng, tinggi, berkarisma, pintar, berpandangan luas dan seperti orang
jepang. Ia selalu tegas dan berwibawa saat memimpin jalannya upacara. Terkadang
berkeliling di sekitar halaman yang sering kulalui. Namun aku tak peduli
dengannya, karena aku lebih tertarik dengan seseorang yang kutemui di beberapa
bulan terakhir awal tahunku.
Tiga tahun kemudian, aku masuk di sekolah yang tak terfikir
olehku bahwa ia ada di situ. Mengingat bahwa tahun di bawahku tidak baik, aku
selalu berfikir negatif tentang mereka. Terlihat cuek dan malu ketika masuk
dengan tahun yang sama seperti adik kelasku. Melewati dan menghadapinya adalah
masa tersulit dan penuh kebohongan dalam hidup yang tak pernah terfikir olehku.
Namun aku harus melawan peristiwa itu. Ia berada di kelas yang berbeda
denganku. Ia juga selalu melewati kelasku. Namun yang terfikir olehku hanyalah
“ingin berteman dan mengetahui sifatnya lebih dalam”.
Setelah keinginan dan hati berkecamuk, aku bermimpi sekelas
dengannya di tahun kedua tapi aku tak merasakan dan menyesal dalam mimpiku.
Lalu mimpi itu menjadi nyata seperti yang sekarang aku lalui. Awalnya mungkin
terasa senang karena bisa sekelas dengannya. Tetapi itu merupakan bom atom
bagiku. Pasalnya, ketika ia memanggil atau dekat denganku maka aku akan
melakukan hal-hal yang sangat membuatku malu ataupun tak berguna bagi hariku
pada saat itu. Seperti saat kemarin, saat bu Bio memanggil namaku untuk membaca
dan menjawab soal ketika itu ia mengatakan “Dini Indah Sekali atu Lestari” yang
jelas aku tak fokus,bad mood dan melakukan salting/ hal yang salah dan tidak seharusnya
dilakukan langsung seketika itu. Di samping itu pula, ia selalu connect yang
tidak pantas dan kadang selalu melakukan hal-hal yang aneh dan tak berguna
untuk dilihat atau dilakukan.
Aku dan dia adalah tanpa hubungan special. Kami hanya
sebatas teman dan tak akan pernah lebih dari itu. Aku hanyalah memperhatikan
dan melihat dia sebagai teman. Kami tak pernah berkontak dan menjalani hidup
kami masing-masing. Tanpa adanya rasa penasaran dan berbagi dalam hal apapun. Kau adalah salah satu hal terburuk yang ada di dalam kehidupanku dan mimpiku. Namun aku bersyukur telah mengenal dirimu yang sebenarnya.
J L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
NAMA :
TEMPAT TINGGAL :
KOMENTAR :