Ujian
adalah salah satu bagian yang terlepas dari sebuah proses belajar di sekolah.
Itulah yang terjadi pada sebuah kelas yang sedang dalam suasana yang tenang
tapi menegangkan. Ada beberapa siswa yang terlihat serius, kecewa, gelisah, dan
menyontek melalui apa pun yang ada di sekitar mereka. Pengawas ujian terlihat
santai dengan terus mengelilingi setiap siswa yang sedang menuliskan jawabannya
di selembar kertas.
“Hey! Kau! No. 32!” teriak pengawas sembari
menatap orang yang dipanggilnya ke depan. Murid yang terpanggil pun tertegun
dan dengan ragu ia mulai menjawab, “Ya, pak”. “Kau, Aryati, berdiri ke depan!”
perintahnya yang sekarang ada di depan. Aryati pun mulai berdiri dengan hati
yang berkonflik, “Apa yang harus aku lakukan? Apa dia tau?”. “Perlihatkan
tanganmu ke depan!” perintah pengawas tadi. “Aduh! Payah! Bagaimana ini???”
ujar aryati dalam hati dengan wajah yang sedikit gelisah. Pengawas mulai
memegang tangannya dan ia menemukan sebuah kertas yang merupakan contekannya.
“Apa ini?” tanya pengawas itu dengan nada suara yang dingin. “Maaf, pak. Tapi ada banyak siswa di sini
yang melakukannya!” jawab aryati dengan
berlutut pada pengawas itu. Pengawas pun melihat semua siswa yang ada di
kelas. Siswa yang dari tadi hanya menonton dengan tegang dan serius kini
kembali mengerjakan soal yang ada di meja masing-masing dengan semangat agar
tidak dicurigakan. “Keluar kau sekarang juga!” perintah pengawas itu dengan
lantang. Dengan kesal, Aryati bangun dan memberi hormat pada pengawas.
*****
“Huh!
Kenapa hanya aku yang ketahuan?! Padahalkan banyak yang melakukannya!” kesal
Aryati setelah keluar dari kelas di sebuah taman sekolah. Sebuah botol kini ada
di depan kaki Aryati, Aryati langsung menendangnya untuk melampiaskan kemarahan
yang ada di dalam dirinya. “Auw!” Aryati tertegun mendengar suara kesakitan
seseorang yang tak jauh darinya. Setelah di telusuri, ada seorang laki-laki yang
sedang duduk di kursi taman yang kini akan menoleh padanya. “Aduh! Gawat!”
ujarnya dengan gelisah dan ia langsung mencari tempat persembunyian. “Apa dia melihatku? Oooh, kenapa hari ini aku sial
terus???” tanya Aryati pada dirinya sendiri di belakang tembok.
Laki-laki
yang terkena botol itu menutup bukunya dan pergi menuju tempat persembunyian
Aryati. Aryati yang sedari tadi duduk berjongkok dan menundukan kepalanya, Ia
kaget dengan sepatu yang tepat ada di depannya. Kepala Aryati menengadah ke
atas dan ia langsung mengenali orang yang ada di depannya. Dengan memegang kaki
laki-laki itu, “Aku minta maaf, Aku tak sengaja menendangnya” mohon Aryati
dengan sungguh dan sempat akan menitihkan air mata. “iya, aku tahu. Kau sedang
kesal, kan? Terlihat kok dari cara bicaramu tadi.” Ujarnya dengan santai dan
salah satu tangannya masih memegang buku yang ia baca. Aryati pun berdiri
“Benarkah?? Jadi, kau tak marah padaku?” tanya Aryati yang sedikit lega dengan
ucapan laki-laki itu. Sebagai jawaban laki-laki itu menjabat tangan Aryati.
“Hmm, cukup sampai di sini. Sampai jumpa.” Ujar laki-laki itu yang kini
beranjak pergi. “Terima kasih! Sampai jumpa kembali!” teriak Aryati dengan
gembira. “Wah, aku masih beruntung!” ujarnya pada diri sendiri.
***
Setelah
mendengar bel, Aryati berjalan ke kelasnya dengan tenang menuju bangkunya.
“Hey! Aryati. Kenapa kau sampai ketahuan?” tanya sahabatnya yang langsung to
the point. “Maya!” seru Citra yang kesal dengan temannya yang satu
itu.”Maaf...” sesal Maya yang mengurung dirinya untuk tidak menanyakannya lagi.
“Sudah tidak apa-apa kok.” Kata Aryati dengan pelan. “Benarkah? Syukurlah.”
Ujar Maya dengan senang dan lega. “Oh iya, nanti malam kita jadikan nonton
konser FIXX?” tanya Maya dengan penuh pengharapan karena ia sudah menabung
dengan uang sakunya untuk menonton koser FIXX. “Iya, jadi koq.” Jawab Citra
cepat. “Kau, Aryati. Bagaimana denganmu?” tanya Maya dengan penuh harap. Tetapi
Aryati sedari tadi hanya melamun memikirkan kejadian di taman sekolah.
“Mirae!!!” teriak Maya dan Citra dengan kompak. “Eh.. Iya jadi.” Jawab Aryati
yang masih bingung. “Oke deh. Jangan lupa ya!” ingat Maya yang senang bisa
nonton konser bersama dengan sahabatnya.
***
Laki-laki
yang tadi bertemu dengan Aryati di taman sedang menunggu busway di halte sembari
mendengarkan musik dengan mata yang tertutup. Aryati yang baru duduk tidak tahu
bahwa yang di sampingnya adalah laki-laki yang ada di taman sekolah tadi.
Karena sedari tadi Aryati memikirkan kejadian di taman mengenai laki-laki yang
ia jumpa dan sepertinya dia pernah melihatnya. Tepat saat Busway tiba,
laki-laki itu membuka mata. Orang-oarang yang sedari tadi menunggu busway di
halte berebut untuk cepat masuk begitu pun dengan laki-laki itu. Namun ia
menjatuhkan buku yang sedang di pangkuan Aryati tetapi sang pemilik masih
melamun. Laki-laki itu buku yang dijatuhkannya dan ingat sang pemilik buku
tersebut. “Hey” ujar laki-laki itu sambil menyenggol tangan Aryati. Hal itu
membuat Aryati terbangun dari lamunannya. “ya” jawab Aryati dengan spontan. “Kita
ketemu lagi” ujar laki-laki itu tersenyum. Aryati menatapnya lekat-lekat untuk
bisa mengenalinya dan busway pun jalan. “Ah, kau yang tadi di taman. Ah, aku
lupa” ujar Aryati dengan ceria karna mengetahuinya. Laki-laki itu duduk kembali
“Iya, benar.” Jawabnya. “Apakah kau tahu? Sepertinya aku pernah lihat kamu
sebelum di taman sekolah” ujar Aryati yang masih ragu dan bingung karena belum
menemukan jawabannya. “oh, benarkah? Lalu siapa aku?” tanya laki-laki itu
dengan penasaran. “heemm... tak tau.” Jawab Aryati yang sudah putus asa. “Oke
baiklah. Apakah nanti malam kau akan menonton FIXX?” tanyanya dengan ramah.
“iya, aku akan menonton dengan temanku.” Jawab Aryati dengan jelas. “hem.. Kau
juga?” tanya Aryati dengan penasaran. “baguslah. Kalau begitu sampai bertemu
nanti malam” ujar laki-laki itu dan busway kembali datang. Laki-laki itu pun
masuk ke dalam busway yang hanya berhenti sebentar dan pergi. “huh! Orang itu
selalu pergi duluan. Ah.. bodoh! kenapa tidak kutanyakan namanya? Dengan
begitukan aku tidak penasaran lagi” sesal Aryati dalam diri.
***
Pintu
terbuka dan Aryati masuk ke dalam rumahnya. “Aku pulang!” salamnya dengan
semangat. Ibu Aryati berdiri menyambut anaknya. “ kau sudah pulang” ujarnya
dengan sangat senang. Aryati langsung memberi hormat pada ibunya tanpa peduli
orang yang sudah dari beberapa menit lalu berbicara dengan ibunya. “ Ayo sini
duduk!” ajak ibunya dengan ramah dan penuh kasih sayang. Aryati hanya terdiam
dan bingung dengan sikap ibunya karena
ibunya tidak pernah menyuruhnya duduk ketika ada tamu di rumah. Biasanya, ia
hanya akan memberi hormat dan langsung ke kamarnya. Apalagi sekarang ada
seorang ibu yang duduk bersebrangan dengan ibunya di ruang tamu. Aryati melihat
teman ibunya yang kini sedang tersenyum padanya. “eh?” jawabnya yang tak tau
akan berkata apa. Aryati masih berdiri di depan pintu masuk kedua rumahnya.
“hey, ayolah” ajak ibunya yang sudah berdiri di belakangnya dan sekarang
mendorongnya untuk duduk di sampingnya. “ ayo, kita lanjutkan pembicaraan
kita.” Pinta ibu Aryati yang mulai bicara panjang lebar dan asik dengan
pembicaraan antara dirinya dengan temannya.
“Oh
ya, aku lupa. Perkenalkan ini putriku. Namanya Aryati” ujar ibu Aryati dengan
ceria dan semangat. Aryati pun langsung memberi hormat. “Wah cantik sekali
namamu” puji teman ibunya yang masih senyum dengan tulusnya. “Terima kasih” balas
Aryati yang masih malu-malu. “Aryati, ini ibu Sari. Dia teman ibu di ibu-ibu
PKK daerah sini. Jika engkau bertemu dengannya sapalah dia dengan baik” jelas
ibu Aryati dengan baik. “iya, bu” jawab Aryati dengan capat dan semangat. Ibu
Sari tersenyum dan meneguk teh yang telah dihidangkan.
“kelas berapa sekarang?” tanya teman ibunya
yang masih mengucapkannya dengan tulus dan menyejukkan hatinya sehingga membuat
Aryati gugup dan ingin berlari dari situasi ini. “kelas XI IPA” jawab Aryati
dengan lembut dan senyum. “wah, hebat! kamu bisa masuk ke kelas IPA! Pasti kamu
anak yang pintar dan rajin belajar.” Puji teman ibunya secara langsung. “terima
kasih” jawab Aryati kembali. “Aduh, kenapa sampai dipuji seperti ini?” tanyanya
dalam hati karena merasa malu dengan pujian teman ibunya itu lantaran tadi pagi
ia dikeluarkan dari ujian hariannya. “Ibu, bolehkah aku ke atas?” tanya Aryati
yang sudah ingin lari dari situasi tanya-jawab ini. “boleh, kau sudah lapar,
ya?” jawab ibu Aryati yang tahu akan sifat anaknya itu. “Iya, bu. Terima kasih,
bu” ujar Aryati mengetahui maksud ibunya yang menutupi perasaannya. “Ehmm..
Maaf saya harus pergi dahulu” sesal Aryati yang harus mengatakan kata itu.
“Iya, tak apa. Pastilah kau capek. Jadi, istirahatlah.” Ujar teman ibunya itu
tanpa sesal. “iya, permisi” salam perpisahan Aryati dan ia kembali memberi
hormat.
“Bagaimana
kau mengajarinya?” tanya teman ibunya dengan penasaran. “yang mana?” tanya
balik ibu Aryati yang tidak maksud dengan apa yang dibicarakan oleh temannya
itu. “cara belajarnya dia?” jelas ibu Sari. “oh itu. Itu tidak seperti yang kau
kirakan kok. Dia selalu belajar malam hari dengan sungguh-sungguh. Sehingga dia
bisa masuk ke kelas IPA.” Jelas ibu Aryati dengan tersenyum bangga pada anaknya.
***
Aryati masuk ke kamarnya. Ia berbaring
sebentar dan masih terpikir olehnya laki-laki tadi. “huh, sebenarnya siapa dia?
Kenapa tidak asing bagiku? Lalu dimana aku pernah melihatnya?” tanyanya pada
dirinya sendiri. “hah! Sudahlah, lebih baik aku beres-beres dan makan” ujarnya
pada dirinya sendiri.
***
Tak lama, Aryati mendengar klakson
mobil yang sangat dekat dengan rumahnya. Aryati cepat-cepat melihatnya di
jendela kamarnya. Siapa tahu itu adalah ayahnya yang kini pulang ke rumahnya.
Aryati melihat tamu ibunya keluar dari rumahnya dan ia melihat ibu Sari masuk
ke dalamnya. Sebelum ibu Sari masuk, ia sempat tersenyum padanya dengan senyum
tulus seperti di ruang tamu. Aryati pun membalasnya dengan senyum cerianya.
***
Aryati berjalan ke ruang makan untuk
mengisi perutnya yang sudah keroncongan ingin di isi. “ibu, Apa makanan hari
ini?” tanya Aryati yang malas membuka tudung saji. “Kau kan bisa lihat sendiri”
jawab ibunya dari jauh. “yaah..” balas Aryati yang kecewa.
***
Hari pun berganti malam, Aryati
bersiap-siap untuk menonton konser FIXX di Gedung Nasional Bakti. “Ah, selesai.
Saatnya pergi..!!!” ujarnya dengan semangat dan penuh ceria.
“ibu, aku kan pergi dan nanti aku
pulang agak malam, bu.” Pamit Aryati sembari mengikat tali sepatunya. “Kau mau
kemana?” tanya ibunya yang masih menonton acara tv. “aku mau nonton konser
FIXX, bu” jelas Aryati. “Ya sudah, hati-hati. Jangan lupa telpon jika sudah
sampai rumah” ujar ibunya yang masih menonton tv. “ah, iya. Ya sudah bu. Aku
pergi. Sudah telat.” Pamit Aryati yang langsung berlari.
***
“Huh,
mana sih si Aryati.” Kesal Maya yang sudah tak sabar untuk menonton konser
FIXX. “Sabar nanti juga dia akan datang” ujar Citra menenangkan Maya. “Tapi
sebentar lagi konsernya akan mulai, Citra” kesal Maya yang sudah naik darah.
“Ah”
Aryati bernapas lega. “Terima kasih” ucapnya pada sopir taksi tersebut. “Nah,
itu dia.” Ujar Citra setelah yakin yang dilihatnya adalah Aryati. “Aryati, ayo
cepat!” perintah Maya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam gedung dan duduk di
kursi yang sudah disediakan. Konser pun dimulai dan sebagai pembuka FIXX
menampilkan lagu hitsnya yaitu Harmonika.
***
Mereka
bertiga keluar dari konser bersama dengan penonton lainnya. “Hah, akhirnya
selesai. Senang sekali” ujar Maya yang sangat gembira dengan konser FIXX hari
ini. “oh ya, Maya. Kau bawa minuman tidak?” tanya Citra yang sudah kehausan
karena konser yang sangat panas. “Ah iya. Aku lupa membawanya.” Sesalnya
setelah berusaha mencari botol minuman dari dalam tasnya. “Maaf..” sesalnya
kembali. “Kau ini!” kesal Citra. “Pasti kalau beli di sini akan mahal” ujar
Maya yang juga ingin minum. “Ya sudah. Aku akan membelikannya buat kalian.”
Ujar Aryati dengan tulus. “Wah, benarkah? Pasti Aryati lagi banyak uang nih”
Puji Citra dengan senyum menggodanya. “Ah bukan begitu. Aku hanya lagi banyak
uang.” jawab Aryati membalas kata Citra.
***
“Bu,
beli minuman botol 3” pinta Aryati kepada sang penjual. “Iya, silahkan tunggu
sebentar” balas sang penjual. “Aku juga bu” suara laki-laki yang ada di taman
sekolah. Aryati menoleh kearahnya karena ia hafal suara itu akhir-akhir ini.
Laki-laki itu menoleh padanya. “hai” sapanya dengan senyum lembut. “Kau! Wah
benar kau nonton konser FIXX.” Ucap Aryati yang sudah heboh. “Tadi, kau nonton
dimana? Kok aku tidak lihat ya?” tanya Aryati dengan tidak tahunya. “Benarkah?”
balas laki-laki itu.
“Ya,
kenapa Aryati lama sekali?” tanya Maya yang sudah kehausan. “Kita ke sana yuk”
ajak Citra yang juga tak sabar menantinya.
“Ini
minumannya” ujar sang penjual pada Aryati dan laki-laki itu. “Ah, terima kasih.
Ini uangnya” ujar Aryati sambari menyerahkan uangnya. “Oke. Aku duluan ya.
Sudah di tunggu nih.” Pamit laki-laki itu dengan tersenyum.
“wah
bukannya itu Vatikin personil FIXX?” tanya Maya yang tak yakin. “Iya benar,
May.” Jawab Citra dengan cepat. “Itu Aryati. Wah wah wah wah” ujar Maya yang
tak menyangka.
“Aryati
sejak kapan kau bertemu dengannya?” tanya Maya yang sangat penasaran. “Dia?
Tadi pagi” jawabnya dengan jujur. “Itu Vatikin, kan?” tanya Citra memastikan.
“Vatikin?” kata Aryati yang mengingat-ingat. “Ah iya benar” ujar Aryati setelah
mengingatnya. “Jadi, selam ini kau tidak tau dia dan baru ingat sekarang!!!”
kata Maya dan Citra dengan kompak. “Hehehhe” ujar Aryati dengan tak taunya. “Huh...
pantas aku tau dimana kau dapat bodohnya” ujar Maya dengan kecewanya.