Rabu, 05 Desember 2012

Pentingnya Mengucapkan Insya Allah

1. Kisah Pertama ...

Dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim, dikisahkan bahwa suatu hari, na
bi Sulaiman alaihisalam berkata, “Malam ini aku akan menyetubuhi 60 atau 70 istriku sehingga mereka hamil. Lalu, setiap istriku melahirkan seorang anak lelaki yang akan menjadi mujahid penunggang kuda fisabilillah.” Namun kemudian Nabi Sulaiman alaihisalam lupa mengucapkan insya Allah.

Malam itu Nabi Sulaiman alaihisalam berhasil menyetubuhi 60-70 istrinya, tetapi yang hamil hanya salah satu istrinya. Dan saat melahirkan, anak yang dilahirkannya tidak sempurna fisiknya, ia hanya berupa badan saja. Dalam riwayat lain, ia hanya sebelah manusia saja.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.bersabda,

“Kalau saja Nabi Sulaiman alaihisalam mengucapkan Insya Allah niscaya mereka akan berjihad dijalan Allah sebagai penunggang kuda semuanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan :

“Semua wanita itu akan hamil (dan melahirkan) putra yang berjihad dijalan Allah.” (HR. Muslim)

2. Kisah Kedua ...

Di puncak pertarungan pemikiran antara Rasulullah shalallahu alaihiwassalam dengan kafir Quraisy, orang-orang Quraisy mengirimkan dua orang cendikiawannya sebagai utusan khusus kepada orang-orang yahudi di madinah.

Tujuannya, agar orang-orang Quraisy mendapatkan dukungan ilmu baru dalam menghadapi Rasulullah SAW, yakni An-Nadhar bin Al Harits dan ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Orang-orang yahudi membekali dua orang cendikiawan itu dengan tiga pertanyaan yang harus mereka ajukan kepada Rasulullah shalallahu alaihiwassalam. Pertanyaannya adalah :

1. Bagaimana kisah Ashhabul Kahfi ?
2. Bagaimana kisah dzul Qarnain?
3. Apa yang dimaksud dengan ruh?

Mendapatkan tiga pertanyaan seperti itu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda “besok akan saya ceritakan dan saya jawab.”

Akan tetapi beliau lupa mengucapka Insya Allah. Akibatnya, wahyu yang biasanya turun kepada beliau setiap kali menghadapi masalah, terhenti selama lima belas hari.

Sedangkan orang-orang Quraisy setiap hari selalu datang menagih janji Rasulullah SAW. “mana ceritanya? Besok...besok...besok...,” begitu kira-kira ucapan orang-orang quraisy itu.

Rasulullah shalallahu alaihiwassalam sangat sedih atas kejadian itu. Barulah setelah berlalu selama 15 hari Allah Subhana wa Ta'ala menurunkan surat Al kahfi yang berisi jawaban atas dua pertanyaan yang diajukan kepada Nabi Muhammad .

Sedangkan pertanyaan yang ketiga disebutkan Allah Subhanawata'ala . Dalam surat Al Isra’ ayat 85.

Pada penghujung akhir kisah Ashhabul Kahfi, Allah Subhanahu wa Ta'ala Berfirman:

“ Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al Kahfi :23-24)

3. Kisah Ketiga ...

Pada suatu hari, ketika Nabi Musa alahisalam sedang mengajar kaumnya timbul sebuah pertanyaan, “siapakah yang paling ‘alim diantara kalian?, Nabi Musa menjawab, “saya”. Atas jawaban tersebut, Allah Subhanawata'ala menegurnya dan memberitahukan kepadanya bahwa ada seorang hamba Allah yang lebih alim.

Singkat cerita, Nabi Musa alaihisalam ingin berguru kepada hamba Allah itu. Hamba Allah itu menerima lamaran Nabi Musa dengan syarat Nabi Musa tidak boleh bertanya, berkomentar, apalagi mengingkari apa yang akan dilihatnya sebelum hal itu dijelaskan kepadanya. Nabi Musa a.s. menerima persyaratan itu.

Hamba Allah itu, yang tiada lain adalah Nabi Khidir alaihisalam , berkata, “akan tetapi kamu tidak akan mampu bersabar”.

Spontan Nabi Musa menjawab , Insya Allah kamu akan mendapati diriku sebagai orang yang sabar.”

Nabi Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun." (QS. Al-Kahfi : 69)

Dalam jawaban ini, Nabi Musa alaihisalam mengucapkan Insya Allah. Akan tetapi jawaban itu menunjukkan bahwa Nabi Musa alaihisalam kurang tawadhu’. Mengapa? Sebab, ia mengatakan “...saya sebagai orang yang sabar”.

Beliau tidak mengatakan ”...saya sebagai bagian dari orang-orang yang bersabar.” Artinya, jawaban Nabi Musa a.s dapat dikonotasikan sekakan-akan didunia ini tidak ada orang yang sabar selain dirinya.

Karena sedikit kurang tawadhu, terbuktilah bahwa Nabi Musa a.s. tidak mampu sabar dalam berguru kepada Nabi Khidir a.s.. mengapa? Sebab, setiap Nabi Khidir a.s. berbuat sesuatu, Nabi Musa a.s. selalu bertanya/berkomentar, (kisah lengkapnya bisa dilihat di (QS. Al-Kahfi : 60-82).

Rasulullah Shallahu 'alaihi wasalam bersabda, Kita sangat senang kalau saja Nabi Musa bersabar, niscaya akan banyak kisah yang bisa kita dapatkan darinya.”(HR. Bukhori dan Muslim)

Pada penghujung akhir kisah Ashhabul Kahfi, Allah Subhanawata'ala Berfirman :

“ Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al Kahfi :23-24)

4. Kisah Keempat ...

Nabiyullah Ibrahim a.s. berkata kepada sang putra yang dicintai itu, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkan apa pendapatmu!.”

Ia Menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(QS. Ash-Shafat: 102)

Jawaban Nabi Isma’il ini mengandung makna bahwa didunia ini banyak sekali orang yang sabar dan ia insya Allah termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian terbuktilah bahwa Nabi Isma’il a.s. mampu bersabar berkat pertolongan Allah.

Menjadilah pelajaran bagi kita semua, bahwa setiap gerak , laku , peristiwa , rencana dan ketaatan seorang hamba sekalipun ...itu adalah semata-mata karena ijin dan pertolongan Allah Ta'ala ..

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita semua ke dalam golongan hamba-hamba Nya yang senantiasa mengembalikan segala sesuatu kepada Allah , mampu bersikap tawadhu’ dan bersabar. Aamin ya Robbal alamin..

Wallahu a'lam Bishawab ...
Barakallahufikum ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAMA :
TEMPAT TINGGAL :
KOMENTAR :