Seorang gadis yang terlahir dengan wajah bundar, bermata sipit dan
berhidung pesek. Sejak ia lahir, ia selalu ditimang-timang oleh
tetangganya. Tak jarang tetangganya mengajaknya pergi ataupun hanya
dirumah. Ia juga pandai berjalan walau usianya baru 9 bulan. Ibunya
sangat hangat dan seorang guru yang tegas dan terkenal di salah satu
madrasah. Di usia 3 tahun, ia bersekolah di madrasah dimana ibunya
mengajar. Ia memiliki banyak teman dan kakak kelasnya pun tau namanya.
Kadang ia bingung "kenapa mereka tau namaku tapi aku tak tau mereka?".
Ada 1 genx cowo di kelasnya yang ketuanya ia suka. Dia -lk- beda 5 tahun
denganya. Kadang hanya gosip belaka bahwa dia berpacaran dengannya
karna gosip itu selalu berubah. Tapi itu menyenangkan buatnya. Saat ia
berusia 3 tahun ia pun bersekolah di TK desanya. Kemampuannya dalam
berpikir membuatnya ingin selalu bersekolah. Sampai pada usia 5 tahun
seusai tamat dari TK, ia mendaftar ke SD favorite di desanya. Namun
karna usianya belum memenuhi syarat ia pun naik ke meja guru dan
mengatakan bahwa ia bisa dan ia sudah besar. Akhirnya kepala sekolah
mengizinkannya karna kemauannya yang keras dan merengek agar bisa masuk
ke SD tersebut. Sampai berlalunya waktu, ia juga dapat bersaing dengan
yang lain. Terbukti dengan prestasinya dan ia selalu naik kelas.
Beberapa tahun kemudian ibunya berhenti dari madrasah tersebut, ia pun
pindah dan kadang malu bertemu dengan teman-temannya, khususnya dia -lk-
di madrasah tersebut. Ia pindah di madrasah dimana teman SDnya ada di
sana. Hari pertama ia bingung dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Ia duduk dengan zulfah, seorang gadis yang selalu mengenakan jubah dan
kerudung dengan tubuh yang gendut namun usianya lebih tua darinya. Ia
kurang bisa berteman dengannya. 2 tahun kemudian ia dapat berteman akrab
dengannya karna tempat duduk yang diubah oleh gurunya. Sebenarnya si
bukan duduk dengan zulfah tapi sela dan anah tapi juga karna ia ga
terlalu suka dengan mereka berdua akhirnya duduk dengan zulfah yang
kebetulan sendirian.
Sebelumnya ia kompak dan akrab banget dengan maya. Saking akrabnya ia rela ngebayarin uang bp3nya maya. Kadang sering surat-suratan karna pisahnya tempat duduk mereka, membuat mereka tak bisa bercanda dan mengobrol dengan asik. Seperti biasa sebelum liburan madrasah setiap kelas unjuk kebolehan di atas panggung yang telah disediakan pada waktu malam hari. Tapi sebelum itu siang harinya diadakan pawai keliling desa. Kebetulan SD-nya juga diundang untuk jadi marching band pengiring. Sehingga ia harus mengikuti marching band dan membiarkan maya dengan devi berjalan dibelakang. Di kelas 2, ia masih duduk dengan zulfah dan maya dengan devi. Mereka duduk depan belakang. Mereka sering menjaili zulfah dengan cara, sewaktu semua teman menulis ia dan maya menyuruh devi untuk terus mengobrol dengan zulfah. Walaupun ia tau zulfah kadang habis kesabarannya namun ia tetap membiarkannya dan imbalannya devi dapat pinjaman buku di maya karna ia ga mau nulis. Mereka berempat selalu kompak dan sewaktu ga ada guru, mereka bermain sepuasnya serta penuh kasih sayang walaupun kadang menyakiti hati salah satunya. Kadang saat liburan ia pergi bermain ke rumah maya ataupun devi. Tetapi tidak ke zulfah karna rumahnya terlalu jauh. Namun satu tahun kemudian, zulfah keluar dan zulfah memberi surat keluarnya padanya. Semenjak saat itu bubarlah persahabatan mereka yang indah. Maya pun ikut keluar karna tak punya uang lagi tuk bayar bp3. Kini tinggal ia dan devi. Saat kelas 4, ia duduk dengan evi karna menurutnya evi orang yang baik dan bagus tuk jadi teman sebangkunya. Dan bener saja dia langsung akrab dengan evi. Kadang ia juga pergi ke rumah evi tuk meminjam buku pelajaran. Beberapa bulan kemudian, ia jarang berangkat karna sudah kelas 6 dan mau mendaftar ke SMP. Pas masuk lagi, eh ia selalu berantem dengan satu-satunya anak cowo di kelasnya. Membuatnya males tuk terus berangkat dan sewaktu ujian, ia hanya berangkat 3 hari karna masih berantem dengan cowo itu. Akhirnya ia memutuskan untuk fokus di sekolahnya bukan madrasah.
Di SD pun prestasinya selalu meningkat. Terbukti saat ia duduk di kelas 4, 5 dan 6 ia selalu masuk 10 besar. Puncak prestasinya saat akhir semester kelas 6, ia juara 2 mengalahkan teman-temannya, yang ia anggap lebih pintar darinya. Banyak sekali kenangan yang bittersweet sewaktu di SD. Salah satunya adalah ejekan temannya yang memanggilnya dengan sebutan "SIPIT ataupun MUNCIS". Juga pertengkarannya dengan teman-teman cewe lainnya. Di rumah pun ia dikenal sebagai gadis yang rajin dan itu saat ia duduk di kelas 4. Sewaktu masuk SMP dia diantar oleh tetangganya karna ibunya sedang mengandung. Ia bingung dengan SMP yang akan ia masuki karna begitu luas dengan bangunan yang besar di sertai warna yang bagus. "mungkin di sini aku dapat teman yang tak pernah mengejekku" pikirnya. Saat pendaftaran, ruang sekretariat sangat penuh oleh pendaftar dari semua SD di kotanya. Setelah menunggu lama, akhirnya ia dipanggil dan digandeng oleh mba tetangganya ke sebuah ruang pengisi formulir. Namun sial, nomor pesertanya sama dengan nomor peserta yang lain. Membuatnya kembali lagi ke ruang sekretariat untuk mengambil nomor lagi. Setelah selesai, ia bertemu dengan temannya, Lita dan Restu yang sama-sama mendaftar di SMP tersebut. Tapi mereka mengece dirinya karna nomor pendaftaran yang jauh darinya. Sewaktu tes, ia sedikit terlambat karna menggunakan becak bersama ibunya. Selesai tes ia langsung pulang dan menunggu hasil tes. Ketika hasil tes diumumkan, ia cemas karna melihat temannya banyak yang gembira karna diterima. Saat ia cemas, ibunya bilang tentang kartu tes yang lupa ia bawa sehingga ia sendiri harus pulang ke rumahnya tanpa ibunya. Sekembalinya ia bertemu dengan lita yang membawa map pendaftaran. Ia buru-buru masuk ke ruang pengumuman tersebut. Dan alhamdulillah ia diterima di SMP tersebut. Ia memang pemalu maka saat ia memperkenalkan diri ia malu2. Hari pertama ia tidak memiliki teman dan ia juga duduk dengan teman yang tak ingin ia duduk bersamanya karna penampilannya yang seperti bukan cewe baik-baik.
Hari demi hari telah berlalu, tingkah teman sebangkunya yang ia tak suka semakin menjadi-jadi disamping itu ia juga selalu diece dengan teman cowonya. Membuatnya semakin gerah dan semakin membuang pikiran itu. Karna kelas tumpangannya -karna bangunan kelasnya belum ada akhirnya kelas terakhir dibagi-bagi- selalu ledek-ledekan wali kelas membagi teman duduk cowo cewe dan 3 orang dari kelas tumpangan tidak ikut. Itu sedikit melegakan untuknya. Semester 2 telah dimulai, waktunya kelas terakhir yaitu kelas H kembali bergabung. Ia yang sudah akrab dengan dinda, akhirnya menunggu dinda datang dan sama-sama ke kelas barunya. Ternyata di kelas itu sudah penuh dengan penghuninya hanya beberapa orang yang belum ada termasuk dirinya. Ia duduk sendirian di depan karna dinda duduk dengan dewi. Tak lama ada cewe yang ingin duduk dengannya. Namanya zelin, ia numpangan dari kelas A. Awalnya aku cuek dengannya dan diaman saja. Dibelakangku ada musuhku yang selalu mengejekku yaitu dikyo dan satunya cowo putih sedikit gendut tapi wajahnya ganteng dan lucu, namanya *. * selalu menghalanginya ketika ia berbicara dengan dinda. Kadang juga ngomong yang tak berguna dan tak pernah ia tanggap. Lambat laun, ia akrab dengan zelin. Sering ia pergi ke rumah zelin untuk mengobrol bareng. Ia juga memperkirakan 3 cowo yang kayanya banyak peminat yaitu P, B dan I. Kebetulan juga zelin suka dg P, dinda suka dg I, dan aku percaya ga percaya akhirnya milih B. Zelin dan P hubungannya jalan terus sampai mereka pacaran dengan diawali surat-suratan. Dinda, ia mengurung karna ia hanya mengaguminya. Sedangkan ia, ia berani menembak B. Tapi sebelum ia menembak, rasa itu ada ketika ia ngebantu B menyulam yang ia tak bisa. Entah kenapa ia malu dan panas ketika ia diledeki dinda dan dewi. Membuatnya menyudahi apa yang ia lakukan. Sayup-sayup ia mendengar suara B dengan kesal di belakangnya karna di belakang tempat duduk P yang alhasil teman sebangkunya selalu nempel ke belakang. Ingin ia membantunya lagi dan meminta maaf namun ia mengurung niatnya kembali.
Sebelumnya ia kompak dan akrab banget dengan maya. Saking akrabnya ia rela ngebayarin uang bp3nya maya. Kadang sering surat-suratan karna pisahnya tempat duduk mereka, membuat mereka tak bisa bercanda dan mengobrol dengan asik. Seperti biasa sebelum liburan madrasah setiap kelas unjuk kebolehan di atas panggung yang telah disediakan pada waktu malam hari. Tapi sebelum itu siang harinya diadakan pawai keliling desa. Kebetulan SD-nya juga diundang untuk jadi marching band pengiring. Sehingga ia harus mengikuti marching band dan membiarkan maya dengan devi berjalan dibelakang. Di kelas 2, ia masih duduk dengan zulfah dan maya dengan devi. Mereka duduk depan belakang. Mereka sering menjaili zulfah dengan cara, sewaktu semua teman menulis ia dan maya menyuruh devi untuk terus mengobrol dengan zulfah. Walaupun ia tau zulfah kadang habis kesabarannya namun ia tetap membiarkannya dan imbalannya devi dapat pinjaman buku di maya karna ia ga mau nulis. Mereka berempat selalu kompak dan sewaktu ga ada guru, mereka bermain sepuasnya serta penuh kasih sayang walaupun kadang menyakiti hati salah satunya. Kadang saat liburan ia pergi bermain ke rumah maya ataupun devi. Tetapi tidak ke zulfah karna rumahnya terlalu jauh. Namun satu tahun kemudian, zulfah keluar dan zulfah memberi surat keluarnya padanya. Semenjak saat itu bubarlah persahabatan mereka yang indah. Maya pun ikut keluar karna tak punya uang lagi tuk bayar bp3. Kini tinggal ia dan devi. Saat kelas 4, ia duduk dengan evi karna menurutnya evi orang yang baik dan bagus tuk jadi teman sebangkunya. Dan bener saja dia langsung akrab dengan evi. Kadang ia juga pergi ke rumah evi tuk meminjam buku pelajaran. Beberapa bulan kemudian, ia jarang berangkat karna sudah kelas 6 dan mau mendaftar ke SMP. Pas masuk lagi, eh ia selalu berantem dengan satu-satunya anak cowo di kelasnya. Membuatnya males tuk terus berangkat dan sewaktu ujian, ia hanya berangkat 3 hari karna masih berantem dengan cowo itu. Akhirnya ia memutuskan untuk fokus di sekolahnya bukan madrasah.
Di SD pun prestasinya selalu meningkat. Terbukti saat ia duduk di kelas 4, 5 dan 6 ia selalu masuk 10 besar. Puncak prestasinya saat akhir semester kelas 6, ia juara 2 mengalahkan teman-temannya, yang ia anggap lebih pintar darinya. Banyak sekali kenangan yang bittersweet sewaktu di SD. Salah satunya adalah ejekan temannya yang memanggilnya dengan sebutan "SIPIT ataupun MUNCIS". Juga pertengkarannya dengan teman-teman cewe lainnya. Di rumah pun ia dikenal sebagai gadis yang rajin dan itu saat ia duduk di kelas 4. Sewaktu masuk SMP dia diantar oleh tetangganya karna ibunya sedang mengandung. Ia bingung dengan SMP yang akan ia masuki karna begitu luas dengan bangunan yang besar di sertai warna yang bagus. "mungkin di sini aku dapat teman yang tak pernah mengejekku" pikirnya. Saat pendaftaran, ruang sekretariat sangat penuh oleh pendaftar dari semua SD di kotanya. Setelah menunggu lama, akhirnya ia dipanggil dan digandeng oleh mba tetangganya ke sebuah ruang pengisi formulir. Namun sial, nomor pesertanya sama dengan nomor peserta yang lain. Membuatnya kembali lagi ke ruang sekretariat untuk mengambil nomor lagi. Setelah selesai, ia bertemu dengan temannya, Lita dan Restu yang sama-sama mendaftar di SMP tersebut. Tapi mereka mengece dirinya karna nomor pendaftaran yang jauh darinya. Sewaktu tes, ia sedikit terlambat karna menggunakan becak bersama ibunya. Selesai tes ia langsung pulang dan menunggu hasil tes. Ketika hasil tes diumumkan, ia cemas karna melihat temannya banyak yang gembira karna diterima. Saat ia cemas, ibunya bilang tentang kartu tes yang lupa ia bawa sehingga ia sendiri harus pulang ke rumahnya tanpa ibunya. Sekembalinya ia bertemu dengan lita yang membawa map pendaftaran. Ia buru-buru masuk ke ruang pengumuman tersebut. Dan alhamdulillah ia diterima di SMP tersebut. Ia memang pemalu maka saat ia memperkenalkan diri ia malu2. Hari pertama ia tidak memiliki teman dan ia juga duduk dengan teman yang tak ingin ia duduk bersamanya karna penampilannya yang seperti bukan cewe baik-baik.
Hari demi hari telah berlalu, tingkah teman sebangkunya yang ia tak suka semakin menjadi-jadi disamping itu ia juga selalu diece dengan teman cowonya. Membuatnya semakin gerah dan semakin membuang pikiran itu. Karna kelas tumpangannya -karna bangunan kelasnya belum ada akhirnya kelas terakhir dibagi-bagi- selalu ledek-ledekan wali kelas membagi teman duduk cowo cewe dan 3 orang dari kelas tumpangan tidak ikut. Itu sedikit melegakan untuknya. Semester 2 telah dimulai, waktunya kelas terakhir yaitu kelas H kembali bergabung. Ia yang sudah akrab dengan dinda, akhirnya menunggu dinda datang dan sama-sama ke kelas barunya. Ternyata di kelas itu sudah penuh dengan penghuninya hanya beberapa orang yang belum ada termasuk dirinya. Ia duduk sendirian di depan karna dinda duduk dengan dewi. Tak lama ada cewe yang ingin duduk dengannya. Namanya zelin, ia numpangan dari kelas A. Awalnya aku cuek dengannya dan diaman saja. Dibelakangku ada musuhku yang selalu mengejekku yaitu dikyo dan satunya cowo putih sedikit gendut tapi wajahnya ganteng dan lucu, namanya *. * selalu menghalanginya ketika ia berbicara dengan dinda. Kadang juga ngomong yang tak berguna dan tak pernah ia tanggap. Lambat laun, ia akrab dengan zelin. Sering ia pergi ke rumah zelin untuk mengobrol bareng. Ia juga memperkirakan 3 cowo yang kayanya banyak peminat yaitu P, B dan I. Kebetulan juga zelin suka dg P, dinda suka dg I, dan aku percaya ga percaya akhirnya milih B. Zelin dan P hubungannya jalan terus sampai mereka pacaran dengan diawali surat-suratan. Dinda, ia mengurung karna ia hanya mengaguminya. Sedangkan ia, ia berani menembak B. Tapi sebelum ia menembak, rasa itu ada ketika ia ngebantu B menyulam yang ia tak bisa. Entah kenapa ia malu dan panas ketika ia diledeki dinda dan dewi. Membuatnya menyudahi apa yang ia lakukan. Sayup-sayup ia mendengar suara B dengan kesal di belakangnya karna di belakang tempat duduk P yang alhasil teman sebangkunya selalu nempel ke belakang. Ingin ia membantunya lagi dan meminta maaf namun ia mengurung niatnya kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
NAMA :
TEMPAT TINGGAL :
KOMENTAR :