Minggu, 27 Oktober 2013

Nice to Meet You

Ujian adalah salah satu bagian yang terlepas dari sebuah proses belajar di sekolah. Itulah yang terjadi pada sebuah kelas yang sedang dalam suasana yang tenang tapi menegangkan. Ada beberapa siswa yang terlihat serius, kecewa, gelisah, dan menyontek melalui apa pun yang ada di sekitar mereka. Pengawas ujian terlihat santai dengan terus mengelilingi setiap siswa yang sedang menuliskan jawabannya di selembar kertas.
 “Hey! Kau! No. 32!” teriak pengawas sembari menatap orang yang dipanggilnya ke depan. Murid yang terpanggil pun tertegun dan dengan ragu ia mulai menjawab, “Ya, pak”. “Kau, Aryati, berdiri ke depan!” perintahnya yang sekarang ada di depan. Aryati pun mulai berdiri dengan hati yang berkonflik, “Apa yang harus aku lakukan? Apa dia tau?”. “Perlihatkan tanganmu ke depan!” perintah pengawas tadi. “Aduh! Payah! Bagaimana ini???” ujar aryati dalam hati dengan wajah yang sedikit gelisah. Pengawas mulai memegang tangannya dan ia menemukan sebuah kertas yang merupakan contekannya. “Apa ini?” tanya pengawas itu dengan nada suara yang dingin.  “Maaf, pak. Tapi ada banyak siswa di sini yang melakukannya!” jawab aryati dengan  berlutut pada pengawas itu. Pengawas pun melihat semua siswa yang ada di kelas. Siswa yang dari tadi hanya menonton dengan tegang dan serius kini kembali mengerjakan soal yang ada di meja masing-masing dengan semangat agar tidak dicurigakan. “Keluar kau sekarang juga!” perintah pengawas itu dengan lantang. Dengan kesal, Aryati bangun dan memberi hormat pada pengawas.

*****

“Huh! Kenapa hanya aku yang ketahuan?! Padahalkan banyak yang melakukannya!” kesal Aryati setelah keluar dari kelas di sebuah taman sekolah. Sebuah botol kini ada di depan kaki Aryati, Aryati langsung menendangnya untuk melampiaskan kemarahan yang ada di dalam dirinya. “Auw!” Aryati tertegun mendengar suara kesakitan seseorang yang tak jauh darinya. Setelah di telusuri, ada seorang laki-laki yang sedang duduk di kursi taman yang kini akan menoleh padanya. “Aduh! Gawat!” ujarnya dengan gelisah dan ia langsung mencari tempat persembunyian. “Apa  dia melihatku? Oooh, kenapa hari ini aku sial terus???” tanya Aryati pada dirinya sendiri di belakang tembok.
Laki-laki yang terkena botol itu menutup bukunya dan pergi menuju tempat persembunyian Aryati. Aryati yang sedari tadi duduk berjongkok dan menundukan kepalanya, Ia kaget dengan sepatu yang tepat ada di depannya. Kepala Aryati menengadah ke atas dan ia langsung mengenali orang yang ada di depannya. Dengan memegang kaki laki-laki itu, “Aku minta maaf, Aku tak sengaja menendangnya” mohon Aryati dengan sungguh dan sempat akan menitihkan air mata. “iya, aku tahu. Kau sedang kesal, kan? Terlihat kok dari cara bicaramu tadi.” Ujarnya dengan santai dan salah satu tangannya masih memegang buku yang ia baca. Aryati pun berdiri “Benarkah?? Jadi, kau tak marah padaku?” tanya Aryati yang sedikit lega dengan ucapan laki-laki itu. Sebagai jawaban laki-laki itu menjabat tangan Aryati. “Hmm, cukup sampai di sini. Sampai jumpa.” Ujar laki-laki itu yang kini beranjak pergi. “Terima kasih! Sampai jumpa kembali!” teriak Aryati dengan gembira. “Wah, aku masih beruntung!” ujarnya pada diri sendiri.

***
Setelah mendengar bel, Aryati berjalan ke kelasnya dengan tenang menuju bangkunya. “Hey! Aryati. Kenapa kau sampai ketahuan?” tanya sahabatnya yang langsung to the point. “Maya!” seru Citra yang kesal dengan temannya yang satu itu.”Maaf...” sesal Maya yang mengurung dirinya untuk tidak menanyakannya lagi. “Sudah tidak apa-apa kok.” Kata Aryati dengan pelan. “Benarkah? Syukurlah.” Ujar Maya dengan senang dan lega. “Oh iya, nanti malam kita jadikan nonton konser FIXX?” tanya Maya dengan penuh pengharapan karena ia sudah menabung dengan uang sakunya untuk menonton koser FIXX. “Iya, jadi koq.” Jawab Citra cepat. “Kau, Aryati. Bagaimana denganmu?” tanya Maya dengan penuh harap. Tetapi Aryati sedari tadi hanya melamun memikirkan kejadian di taman sekolah. “Mirae!!!” teriak Maya dan Citra dengan kompak. “Eh.. Iya jadi.” Jawab Aryati yang masih bingung. “Oke deh. Jangan lupa ya!” ingat Maya yang senang bisa nonton konser bersama dengan sahabatnya.

***

Laki-laki yang tadi bertemu dengan Aryati di taman sedang menunggu busway di halte sembari mendengarkan musik dengan mata yang tertutup. Aryati yang baru duduk tidak tahu bahwa yang di sampingnya adalah laki-laki yang ada di taman sekolah tadi. Karena sedari tadi Aryati memikirkan kejadian di taman mengenai laki-laki yang ia jumpa dan sepertinya dia pernah melihatnya. Tepat saat Busway tiba, laki-laki itu membuka mata. Orang-oarang yang sedari tadi menunggu busway di halte berebut untuk cepat masuk begitu pun dengan laki-laki itu. Namun ia menjatuhkan buku yang sedang di pangkuan Aryati tetapi sang pemilik masih melamun. Laki-laki itu buku yang dijatuhkannya dan ingat sang pemilik buku tersebut. “Hey” ujar laki-laki itu sambil menyenggol tangan Aryati. Hal itu membuat Aryati terbangun dari lamunannya. “ya” jawab Aryati dengan spontan. “Kita ketemu lagi” ujar laki-laki itu tersenyum. Aryati menatapnya lekat-lekat untuk bisa mengenalinya dan busway pun jalan. “Ah, kau yang tadi di taman. Ah, aku lupa” ujar Aryati dengan ceria karna mengetahuinya. Laki-laki itu duduk kembali “Iya, benar.” Jawabnya. “Apakah kau tahu? Sepertinya aku pernah lihat kamu sebelum di taman sekolah” ujar Aryati yang masih ragu dan bingung karena belum menemukan jawabannya. “oh, benarkah? Lalu siapa aku?” tanya laki-laki itu dengan penasaran. “heemm... tak tau.” Jawab Aryati yang sudah putus asa. “Oke baiklah. Apakah nanti malam kau akan menonton FIXX?” tanyanya dengan ramah. “iya, aku akan menonton dengan temanku.” Jawab Aryati dengan jelas. “hem.. Kau juga?” tanya Aryati dengan penasaran. “baguslah. Kalau begitu sampai bertemu nanti malam” ujar laki-laki itu dan busway kembali datang. Laki-laki itu pun masuk ke dalam busway yang hanya berhenti sebentar dan pergi. “huh! Orang itu selalu pergi duluan. Ah.. bodoh! kenapa tidak kutanyakan namanya? Dengan begitukan aku tidak penasaran lagi” sesal Aryati dalam diri.

***

Pintu terbuka dan Aryati masuk ke dalam rumahnya. “Aku pulang!” salamnya dengan semangat. Ibu Aryati berdiri menyambut anaknya. “ kau sudah pulang” ujarnya dengan sangat senang. Aryati langsung memberi hormat pada ibunya tanpa peduli orang yang sudah dari beberapa menit lalu berbicara dengan ibunya. “ Ayo sini duduk!” ajak ibunya dengan ramah dan penuh kasih sayang. Aryati hanya terdiam dan bingung dengan  sikap ibunya karena ibunya tidak pernah menyuruhnya duduk ketika ada tamu di rumah. Biasanya, ia hanya akan memberi hormat dan langsung ke kamarnya. Apalagi sekarang ada seorang ibu yang duduk bersebrangan dengan ibunya di ruang tamu. Aryati melihat teman ibunya yang kini sedang tersenyum padanya. “eh?” jawabnya yang tak tau akan berkata apa. Aryati masih berdiri di depan pintu masuk kedua rumahnya. “hey, ayolah” ajak ibunya yang sudah berdiri di belakangnya dan sekarang mendorongnya untuk duduk di sampingnya. “ ayo, kita lanjutkan pembicaraan kita.” Pinta ibu Aryati yang mulai bicara panjang lebar dan asik dengan pembicaraan antara dirinya dengan temannya.
“Oh ya, aku lupa. Perkenalkan ini putriku. Namanya Aryati” ujar ibu Aryati dengan ceria dan semangat. Aryati pun langsung memberi hormat. “Wah cantik sekali namamu” puji teman ibunya yang masih senyum dengan tulusnya. “Terima kasih” balas Aryati yang masih malu-malu. “Aryati, ini ibu Sari. Dia teman ibu di ibu-ibu PKK daerah sini. Jika engkau bertemu dengannya sapalah dia dengan baik” jelas ibu Aryati dengan baik. “iya, bu” jawab Aryati dengan capat dan semangat. Ibu Sari tersenyum dan meneguk teh yang telah dihidangkan.
 “kelas berapa sekarang?” tanya teman ibunya yang masih mengucapkannya dengan tulus dan menyejukkan hatinya sehingga membuat Aryati gugup dan ingin berlari dari situasi ini. “kelas XI IPA” jawab Aryati dengan lembut dan senyum. “wah, hebat! kamu bisa masuk ke kelas IPA! Pasti kamu anak yang pintar dan rajin belajar.” Puji teman ibunya secara langsung. “terima kasih” jawab Aryati kembali. “Aduh, kenapa sampai dipuji seperti ini?” tanyanya dalam hati karena merasa malu dengan pujian teman ibunya itu lantaran tadi pagi ia dikeluarkan dari ujian hariannya. “Ibu, bolehkah aku ke atas?” tanya Aryati yang sudah ingin lari dari situasi tanya-jawab ini. “boleh, kau sudah lapar, ya?” jawab ibu Aryati yang tahu akan sifat anaknya itu. “Iya, bu. Terima kasih, bu” ujar Aryati mengetahui maksud ibunya yang menutupi perasaannya. “Ehmm.. Maaf saya harus pergi dahulu” sesal Aryati yang harus mengatakan kata itu. “Iya, tak apa. Pastilah kau capek. Jadi, istirahatlah.” Ujar teman ibunya itu tanpa sesal. “iya, permisi” salam perpisahan Aryati dan ia kembali memberi hormat.
“Bagaimana kau mengajarinya?” tanya teman ibunya dengan penasaran. “yang mana?” tanya balik ibu Aryati yang tidak maksud dengan apa yang dibicarakan oleh temannya itu. “cara belajarnya dia?” jelas ibu Sari. “oh itu. Itu tidak seperti yang kau kirakan kok. Dia selalu belajar malam hari dengan sungguh-sungguh. Sehingga dia bisa masuk ke kelas IPA.” Jelas ibu Aryati dengan tersenyum bangga pada anaknya.

***

          Aryati masuk ke kamarnya. Ia berbaring sebentar dan masih terpikir olehnya laki-laki tadi. “huh, sebenarnya siapa dia? Kenapa tidak asing bagiku? Lalu dimana aku pernah melihatnya?” tanyanya pada dirinya sendiri. “hah! Sudahlah, lebih baik aku beres-beres dan makan” ujarnya pada dirinya sendiri.

***

          Tak lama, Aryati mendengar klakson mobil yang sangat dekat dengan rumahnya. Aryati cepat-cepat melihatnya di jendela kamarnya. Siapa tahu itu adalah ayahnya yang kini pulang ke rumahnya. Aryati melihat tamu ibunya keluar dari rumahnya dan ia melihat ibu Sari masuk ke dalamnya. Sebelum ibu Sari masuk, ia sempat tersenyum padanya dengan senyum tulus seperti di ruang tamu. Aryati pun membalasnya dengan senyum cerianya.

***

          Aryati berjalan ke ruang makan untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan ingin di isi. “ibu, Apa makanan hari ini?” tanya Aryati yang malas membuka tudung saji. “Kau kan bisa lihat sendiri” jawab ibunya dari jauh. “yaah..” balas Aryati yang kecewa.

***

          Hari pun berganti malam, Aryati bersiap-siap untuk menonton konser FIXX di Gedung Nasional Bakti. “Ah, selesai. Saatnya pergi..!!!” ujarnya dengan semangat dan penuh ceria.
          “ibu, aku kan pergi dan nanti aku pulang agak malam, bu.” Pamit Aryati sembari mengikat tali sepatunya. “Kau mau kemana?” tanya ibunya yang masih menonton acara tv. “aku mau nonton konser FIXX, bu” jelas Aryati. “Ya sudah, hati-hati. Jangan lupa telpon jika sudah sampai rumah” ujar ibunya yang masih menonton tv. “ah, iya. Ya sudah bu. Aku pergi. Sudah telat.” Pamit Aryati yang langsung berlari.

***

“Huh, mana sih si Aryati.” Kesal Maya yang sudah tak sabar untuk menonton konser FIXX. “Sabar nanti juga dia akan datang” ujar Citra menenangkan Maya. “Tapi sebentar lagi konsernya akan mulai, Citra” kesal Maya yang sudah naik darah.
“Ah” Aryati bernapas lega. “Terima kasih” ucapnya pada sopir taksi tersebut. “Nah, itu dia.” Ujar Citra setelah yakin yang dilihatnya adalah Aryati. “Aryati, ayo cepat!” perintah Maya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam gedung dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Konser pun dimulai dan sebagai pembuka FIXX menampilkan lagu hitsnya yaitu Harmonika.

***

Mereka bertiga keluar dari konser bersama dengan penonton lainnya. “Hah, akhirnya selesai. Senang sekali” ujar Maya yang sangat gembira dengan konser FIXX hari ini. “oh ya, Maya. Kau bawa minuman tidak?” tanya Citra yang sudah kehausan karena konser yang sangat panas. “Ah iya. Aku lupa membawanya.” Sesalnya setelah berusaha mencari botol minuman dari dalam tasnya. “Maaf..” sesalnya kembali. “Kau ini!” kesal Citra. “Pasti kalau beli di sini akan mahal” ujar Maya yang juga ingin minum. “Ya sudah. Aku akan membelikannya buat kalian.” Ujar Aryati dengan tulus. “Wah, benarkah? Pasti Aryati lagi banyak uang nih” Puji Citra dengan senyum menggodanya. “Ah bukan begitu. Aku hanya lagi banyak uang.” jawab Aryati membalas kata Citra.

***

“Bu, beli minuman botol 3” pinta Aryati kepada sang penjual. “Iya, silahkan tunggu sebentar” balas sang penjual. “Aku juga bu” suara laki-laki yang ada di taman sekolah. Aryati menoleh kearahnya karena ia hafal suara itu akhir-akhir ini. Laki-laki itu menoleh padanya. “hai” sapanya dengan senyum lembut. “Kau! Wah benar kau nonton konser FIXX.” Ucap Aryati yang sudah heboh. “Tadi, kau nonton dimana? Kok aku tidak lihat ya?” tanya Aryati dengan tidak tahunya. “Benarkah?” balas laki-laki itu.
“Ya, kenapa Aryati lama sekali?” tanya Maya yang sudah kehausan. “Kita ke sana yuk” ajak Citra yang juga tak sabar menantinya.
“Ini minumannya” ujar sang penjual pada Aryati dan laki-laki itu. “Ah, terima kasih. Ini uangnya” ujar Aryati sambari menyerahkan uangnya. “Oke. Aku duluan ya. Sudah di tunggu nih.” Pamit laki-laki itu dengan tersenyum.
“wah bukannya itu Vatikin personil FIXX?” tanya Maya yang tak yakin. “Iya benar, May.” Jawab Citra dengan cepat. “Itu Aryati. Wah wah wah wah” ujar Maya yang tak menyangka.
“Aryati sejak kapan kau bertemu dengannya?” tanya Maya yang sangat penasaran. “Dia? Tadi pagi” jawabnya dengan jujur. “Itu Vatikin, kan?” tanya Citra memastikan. “Vatikin?” kata Aryati yang mengingat-ingat. “Ah iya benar” ujar Aryati setelah mengingatnya. “Jadi, selam ini kau tidak tau dia dan baru ingat sekarang!!!” kata Maya dan Citra dengan kompak. “Hehehhe” ujar Aryati dengan tak taunya. “Huh... pantas aku tau dimana kau dapat bodohnya” ujar Maya dengan kecewanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAMA :
TEMPAT TINGGAL :
KOMENTAR :