Rasul adalah orang laki-laki pilihan yang Allah berikan wahyu berisi
syari’ah dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada kaumnya. Sedang nabi
adalah orang laki-laki yang Allah berikan wahyu kepadanya berisi syari’ah,
tetapi tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada kaumnya. Rasul dan nabi
sama-sama mendapatkan wahyu, tetapi sering kali seorang Nabi diutus Allah
kepada kaum yang memang sudah beriman sehingga perannya hanya menjalankan
syari’ah yang sudah ada itu dan tidak membawa ajaran yang baru.seperti para
Nabi yang pernah Allah utus kepada Bani Israil setelah ditinggalkan Nabi Musa,
mereka bertugas mengajarkan dan mengamalkan Taurat, tidak membawa ajaran yang
baru/bukandari Taurat. (QS. 2: 246). Di sinilah rahasia sabda Nabi : al ulama
waratsatul Anbiya, bukan waratsaturrasul, karena peran ulama hanya terbatas
pada menyampaikan ajaran agama yang ada bukan membuat aturan baru.
1. Jumlah Nabi dan Rasul
Ketika Rasulullah ditanya oleh Abu Dzar, tentang berapa jumlah para nabi
dan rasul itu? Nabi menjawab 120 (seratus dua puluh) ribu, dari mereka itu
terdapat 313 (tiga ratus tiga belas) rasul. Dari jumlah itu, yang tersebut
namanya dalam Al Qur’an terdapt 25 orang, yaitu : 1.Adam, 2. Nuh, 3. Idris, 4.
Shalih, 5. Ibrahim, 6. Hud, 7. Luth, 8. Yunus, 9. Ismail, 10. Ishaq, 11.
Ya,qub, 12. Yusuf, 13. Ayyub, 14. Syu’aib, 15. Musa, 16.Harun, 17. Yasa’, 18.
Dzulkifli, 19. Dawud, 20. Zakariyyah, 21. Sualaiman, 22. Ilyas, 23. Yahya, 24.
Isa dan 25. Muhammad SAW.
18 orang nabi disebutkan namanya dalam surah Al An’am/6: 83-86, kemudian
yang lainnya disebutkan di ayat-ayat lain seperti QS. Ali Imran/3: 33, Al
A’raf, 65, 73, 85, Huud/11:50, 61, 84, Al Anbiya/21: 85.
2. Syubuhat yang muncul dalam masalah Nubuwwah dan Risalah.
a. Mengapa nabi dan rasul itu tidak dari bangsa malaikat saja ?
Para nabi dan rasul diambil dari bangsa manusia itu sendiri, ( QS. 3:144)
bukan dari jenis makhluk lain, meskipun pernah ada permintaan dari kaum kafir
agar nabinya dari bangsa malaikat. Hal ini sangat tidak mungkin, karena akan
bertentangan dengan fungsi dan tugas rasul yang menjadi teladan. Bisa jadi
ketika nabi yang dari malaikat itu menyerukan sesuatu umatnya mudah saja
menolak dengan mengatakan :”Wajar saja ia bisa berbuat begitu, karena memang
dia malaikat, sementara kita manusia biasa, bagaimana bisa seperti dia…..dst”
b. Mengapa nabi dan rasul itu selalu dari laki-laki, tidak ada yang wanita
Begitu juga tidak ada nabi atau rasul dari kaum wanita. Kenabian adalah
mutlak pilihan Allah, tidak ada intervensi siapapun dalam penunjukannya (QS.
21:7), disamping itu tugas-tugas kenabian yang harus dilakukan memang banyak
yang bertentangan dengan fitrah kewanitaan, seperti menerima wahyu, berbaur
dengan umat, berjihad, keluar rumah, dsb. Bagaimana jadinya jika nabi itu
wanita yang sedang berhalangan lalu mendesak turun wahyu.. Dan sepanjang
sejarah manusia memang belum pernah ada nabi wanita.
3. Sifaturrasul
a. Basyariyyaturrasul
a. Basyariyyaturrasul
Para nabi adalah manusia biasa yang juga membutuhkan hal-hal yang bersifat
umum, seperti makan, minum, menikah, berketurunan dan sifat
kemanusian/basyariyyah lainnya. (QS. 25: 20, 13:38, 5:75)
Para Nabi tidak memiliki kekuasaan sedikitpun yang menjadi kekhususan
Allah, seperti mengetahui hal-hal ghaib, menguasai alam, mendatangkan
keuntungan atau kerugian, memberkahi, dsb, kecuali yang telah Allah berikan
kepadanya. QS. 7:188, Jin: 26-27
b. Ishmaturrasul.
Para rasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam
kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah, mereka telah
dibekali Allah kesempurnaan dalam hal amanah, shidq/ kejujuran, fathonah/
kecerdasan, dan tabligh/ penyampaian, sehingga selalu siaga dalam menghadapi
tantangan dan tugas apapun.
c. Iltizamurrasul
Para rasul adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apapun yang
mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berda’wah sesuai dengan arahan dan perintah
Allah, meskipun untuk menjalankan perintah Allah itu harus berhadapan dengan
tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya, maupun dari
para musuhnya. Dalam hal ini para rasul tidak pernah sejengkal-pun menghindar
atau mundur dari perintah Allah.
4. Mukjizat Rasul.
Para rasul juga dibekali mukjizat dan tanda-tanda keistimewaan lainnya,
untuk membuktikan kebenaran kerasulannya, bahwa mereka datang dari Allah SWT.
Seperti yang pernah Allah berikan kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa,
Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW.
5. Rasul Ulul-Azmi.
Dari 25 orang rasul itu terdapat lima orang rasul yang dikenal dengan Ulul-
Azmi minarrusul, yaitu : Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW. Mereka itu
Allah sebutkan dalam firman Allah: “Dan Ingatlah ketika kami mengambil
perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan
Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh”
QS. Al Ahzab/33:7
Lima rasul ulul-azmi inilah yang harus selalu kita kenang dan kita hayati
perjalanan hidupnya, tanpa melupakan atau mengecilkan peran dan keteladanan
rasul-rasul lainnya.
a. Nabi Nuh, as. Kegigihannya dalam berda’wah siang dan malam, tanpa
mengharapkan jasa dan imbalan dari kaumnya. Keberadaan istri dan anak yang
menjadi pengahalang da’wahnya serta ia tidak pernah terpengaruh oleh tantangan
dan ejekan itu.
“Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu,
sebagaimana kamu sekalian mengejek kami” QS. Hud/11: 38
b. Nabi Ibrahim, as. Kepatuhannya dalam menjalankan perintah Allah, mulai
dari pernyataannya memisahkan diri dari kepercayaan kaumnya termasuk ayahnya
sendiri, caranya berdialog menunjukkan kebatilan patung/berhala kepada kaumnya,
keberaniannya menghancurkan patung-patung sesembahan Namrud dan kaumnya, hingga
murka dan pembakaran Ibrahim oleh kaumnya (QS.21: 51-69). Maka wajar orang yang
sedemikian hanifnya, dan tinggi semangat da’wahnya, Allah tidak relakan
terbakar oleh api Namrud. Demikian juga kepindahannya ke Makkah, tanah tandus
yang tidak berumput (QS. 14:37), kesiapan istri dan keluarga ketika harus
ditinggal sendiri, Ibrahim pergi memenuhi perintah Allah. Kesungguhannya untuk
berkorban, kebesaran jiwa istri, dan kepatuhan anak untuk dikorbankan, hanya
karena memenuhi perintah Allah.
c. Nabi Musa, as. Kisah terbanyak dalam Al Qur’an adalah kisah Musa dan
Fir’aun. Sejak kecilnya sudah dihadapkan dengan bahaya. Kerelaan ibunya
menghanyutkan bayi Musa di sungai Nil, adalah sebuah pengorbanan yang tak
terhingga. Pembelaannya pada Bani Israil yang tertindas, membuatnya keluar dari
istana Fir’aun, menuju ke Madyan, menjadi penggembala kambing Nabi Syu’aib
selama sepuluh tahun. Lalu diperintahkan Allah kembali menemui Fir’aun
mengajaknya beriman kepada Allah,QS. Al Qashash/28:2-40, Musa mulai berhadapan
dengan tantangan besar, ditentang dan dimusuhi Fir’aun. Musa berhasil membawa
sebagian Bani Israil setelah mengalahkan tukang-tukang sihir Fir’aun. Musa di
uji kesabarannya membawa Bani Israil, keluar dari Mesir menuju ke Baitul Maqdis
dan pendurhakaan Bani Israil pada Musa, (QS.5:20-25).
d. Nabi Isa, as. Kelahiran tanpa ayah (19:16-22), tuduhan keluarga Maryam
atas diri Maryam, (19:27-28). Mukjizat Isa yang bisa berbicara saat di buaian,
menyembuhkan orang sakit, dan menghidupkan orang mati, atas izin Allah (3:49)
tidak membuatnya keluar dari statusnya sebagai hamba Allah (4:172). Tantangan
dari kaum Yahudi, yang berusaha membunuhnya (4:157-158). Pengkultusan yang
dilakukan oleh kaum Nasrani, karena Isa dianggap memiliki sifat-sifat
ketuhanan, seperti menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan
membuat burung dari tanah (3:49, 4:1710, 5:72-73, 116-120) membuatnya berdoa “
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesngguhnya Engkau yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana ”.
e. Nabi Muhammad, SAW. Kesabarannya yang tak terhingga dalam mengajak
kaumnya bertauhid kepda Allah. Tantangan dari kaumnya dan bahkan pamannya
sendiri, hingga ia harus terusir dari kampung halamannya. Ke Thaif, dilempari
batu, dituduh orang gila, tapi yang keluar dari mulutnya, hanya permohonan
kepada Allah agar menunjuki mereka. Dst.
Demikianlah kegigihan para rasul ulul azmi dalam menyelamatkan kaumnya dari
bahaya kufur, agar mereka bertauhid kepada Allah. Seluruh usaha dan pengerahan kemampuan
hanya ditujukan agar umat manusia menjadi beriman kepada Allah, hidup dengan
benar, keluar dari lingkaran kebinatangan untuk menjadi manusia utuh dan
sempurna, memerankan fungsi khalifah, sebagai makhluk yang memiliki keutamaan
dibandingkan dengan makhluk manapun adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
NAMA :
TEMPAT TINGGAL :
KOMENTAR :